Keberadaan pekerja anak bakal menimbulkan masalah luas dan kompleks. Membiarkan anak menjadi pekerja bakal membentuk SDM berkualitas rendah sampai lingkaran kemiskinan.
- Densus 88 Tangkap Terduga Teroris yang Berprofesi Sebagai Tukang Kunci di Kota Semarang
- Jelang Peringatan 18 Tahun Tsunami Aceh, Ketua PDA: Semoga Musibah Ini adalah Teguran, Bukan Kutukan
- Harga Cabai Kian Pedas, di Empat Lawang Tembus Rp 100 Ribu per Kilogram
Baca Juga
Begitu disampaikan Gurubesar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Nunung Nurwati seperti dikutip Kantor Berita RMOLJabar, Kamis (7/9).
"Bagi anak itu sudah jelas akan mengganggu tumbuh kembang dan kehilangan hak-haknya dan mereka akan menjadi SDM yang kualitasnya rendah,” kata Nunung.
Menurut Nunung, hal itu diakibatkan anak sejak usia dini telah bekerja bahkan ada yang tidak sekolah. Mereka juga mempunyai upah yang rendah.
Ketika mereka dewasa, lanjut Nunung, kemungkinan besar bakal menjadi tenaga yang tidak berkualitas, bekerja serabutan, dan terus mempunyai upah rendah.
Apabila terus dibiarkan, kondisi itu berpotensi terulang ketika telah berkeluarga. Mereka bakal kesulitan memenuhi kebutuhan keluarganya sehingga berpotensi kembali menjadi keluarga miskin serta mendorong anak-anak mereka untuk bekerja.
“Nah, itulah yang disebut dengan lingkaran kemiskinan,” beber Prof Nunung.
- 739 CJH Lamongan Berangkat Gelombang Pertama Kloter 4 dan 5
- Ini Alasan Edy Rahmayadi Gunakan Becak Motor untuk Promosikan HPN 2023
- Sukseskan VWD 2022 di Nusa Dua, Kompolnas Apresiasi Pengawalan dan Pengamanan Polda Bali